Kan kusayangi engkau seperti ufuk yang membelai kabut dengan cahaya
Membalur lebur bias lepas malam kelam
Kan kurindu engkau bila mentari tak lagi terendam di samudera luas
Menunggumu lugu dalam bisu, dalam beku
Kau puisi
Teruntuk hati terpilih yang tak kuketahui warnanya
Buat sebuah rasa yang selalu samar menerpa dengan hampa
Kuberikan berbaris kata--huruf yang kupilih berulang-ulang
meski akhirnya kembali menjadi sajak retak sumbang
Kan kusayangi engkau serupa angin musim semi
Yang mengayunkan salam serpih-serpih mimpi
Adinda, tak bisakah kulihat satu tapak langkah?
Atau sekilas saja kau biarkan cahayamu menari di bola mata sang kelana?
Maka buat aku mengerti tentang bualan bintang jatuh!
Atau buai aku dengan kepastian janji di belantara riuh!
karena entah mengapa, malam ini kurasakan engkau hanya dua langkah dari tempatku berdiri.
meniti tumpuk-tumpuk awan yang tergantung, dengan rentang tangan seperti hendak menangkap tiap udara yang bergerak.
dan kemudian, kurasakan engkau begitu jauh menelusup aliran darah.
sambil melantunkan dua buah kalimat yang mestinya kuhadiahkan suatu hari nanti.
ah, kau puisi... lebih indah dari siklus ufuk dengan warna emasnya.
dan...
sama sekali bukan elegi malam larut
sama sekali bukan epic air mata lara
kau puisi, dengan rima yang semena-mena dan mendayu hati pengembara sepertiku
Kan kusayang engkau sampai tetes terakhir butir embun
Hingga ia mengangkasa dan kembali terjatuh di salah satu hujannya.
-didedikasikan buat kegiatan menulis yang kusebut aktifitas sunyi, kucinta kau layaknya adinda yg tak kutau rupanya seperti apa. i truly love writing, smoga kau bawa langkahku tetap tergerak. [na maku ti gakata]-
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment
komentar anda akan langsung muncul tanpa ada moderasi!! mohon untuk tidak menggunakan 'anonymous' ^^