tulis apapun!!

belajar nge-blog dengan hati..

User Login

On 0 komentar

Baru selesai nonton film GOD BLESS AMERICA. Dan saya buru-buru pengen menulis, bukan menulis review tentang filmnya yang super keren, tapi tentang pesan yang saya tangkap serta kebersinggungan jalan cerita film ini dengan makna berkelahi.

Apakah pernah terbersit untuk membunuh seseorang? Seseorang yang sangat menjengkelkan? Siapa yang paling ingin kalian bunuh? Seseorang yang songong? Yang tak tahu adat? Yang menyampaikan kebenaran dengan cara yang salah? Yang menggurui dengan bekal ilmu yang sangat sedikit? Yang sok?

Let me "curcol"! Sebagian masa kecil saya (sebagian kecil saja) dihabiskan untuk pergi jauh dari seorang bocah bernama "X", bocah yang sangat tidak fun untuk jadi teman bermain. Suka ngajak berantem, kalo ngomong suka nyelekit dan nusuk-nusuk. Sebagian kecil masa SMP, juga saya habiskan untuk pergi jauh dari seorang bernama "Y", teman yang otoriter dan suka maksa.

Suatu malam, berpuluh tahun lalu. Bocah X ngejek keluarga saya, dan itu sangat teramat OOT (bukan out of topic, but OUT OF TOLERANCE) kejadian itu mengambil setting depan rumah bocah X. I don't Fuc**ng care! Kalian tahu, atau sudah merasakan? Bagaimana besarnya makna keluarga? Dan ketika ada seseorang yang berani main-main dengan "daerah" itu, maka semua ketakutan hilang, berganti dengan amarah yang memuncak, tak terkecuali bagi bocah SD. Kami berkelahi, saya ingat betul kepala bocah X berdarah karena hantaman batu. Kakaknya datang dan memukul rahang saya, bapaknya juga mendekat, beliau telah mengambil ancang-ancang buat mukul, tapi ga jadi. Dan ... kejadian malam itu, ternyata berhasil mengubah prangai bocah X terhadap saya. Berkelahi bisa mengubah seseorang menjadi sahabat kecil yang fun.
 
Lama ... saya hampir bisa memastikan kalau jumlah perkelahian saya bisa dihitung dengan jari. Termasuk dengan teman Y yang otoriter. Kami tak pernah diberi kesempatan buat berkelahi. Kalian tahu? Dia kecelakaan setelah kami menginjak SMA. Kakinya tidak normal lagi. Kecelakaan ternyata bisa mengubah seseorang menjadi sahabat yang fun. Saya akui saya berdo'a untuk itu. Berdo'a agar dia celaka, meski akhirnya saya sesali ketidak-gentle-an saya.

Masa SMA saya beruntung bisa berada di lingkungan yang orang-orangnya pada nurut, bahkan disuruh belajar tambahan sampe malem juga mau. Ga ada yang berani ngomong kalau guru lagi marah (bandingkan dengan guru di sinetron). Intinya, masa SMA minim konflik, teman-temannya pada fun. Tapii ... (selalu ada "tapi") ada guru akutansi (hai Pak Yunidi hehe) entahlah ada apa dengan beliau? Kenapa seperti mencari-cari kesalahan saya. Saya benci jam pelajaran akutansi! Mau berkelahi? Ah ... kualat, lagian keberanian saya belum se-extrim itu. Apa berkahnya? Saya berhasil tembus perguruan tinggi negeri. Gara-gara ingin membuktikan kalau saya ga sebodoh yang beliau kira. Walau tetap bodoh pelajaran akutansi ... sampe sekarang.

Kuliah? Saya dulu sempat berjanji, akan membunuh karakter salah satu dosen saya di tiap novel yang nanti saya buat. Dan ... sampe sekarang ga ada satu novelpun yang rampung.

Kerja? Pasti pernah ketemu pelanggan yang super nyebelin? Beruntung pernah baca-baca buku bisnis dan pengembangan karakter, jadi tiap kali mau marah? Ga jadi, apalagi sampe berkelahi. Cuma keributan kecil.

Hmm ... kita masuk ending nih. Saya ga pernah niat buat berkelahi. Semua perkelahian adalah sebuah "adegan tak terhindarkan". Kadang nyesal, kadang disyukuri. Mau berkelahi? Pikir-pikir dulu! Atau jangan kelamaan mikir? *ups

0 komentar:

Post a Comment

komentar anda akan langsung muncul tanpa ada moderasi!! mohon untuk tidak menggunakan 'anonymous' ^^