tulis apapun!!

belajar nge-blog dengan hati..

User Login

On 0 komentar

Salam Pena,...
Berapa kali anda mengirim cerpen ke media? berapa kali ditolak? sebagian dari kita mungkin telah merasakan naskah-naskah cerpen mereka tembus media skala nasional, tapi tidak sedikit juga diantara penulis yang berulang kali mengalami penolakan. Apakah cerpen kita buruk? mari kita cari tahu jawabannya.

Barusan saya Googling tentang cerpen-cerpen yang tembus Kompas. Dan saya nemuin salah satu postingan cerpen kompas yang tembus bulan oktober 2010. Dan di akhir cerpen tersebut saya temukan 23 komentar beragam menanggapi. Mari kita lihat beberapa diantaranya..

kakek yang gaul dan cerpen yang bermutu… capek deh! Ayo dong kompas, ini bacaan apaan sih!
bahkan headline kompas hari ini lebih kuat dan nyeni daripada cerpen ini…
Menurut hipotesa saya, sang komentator terlihat kecewa dengan tembusnya cerpen ini. Terlepas ada tidaknya emosi yang terkandung di dalam komentar tersebut. Tapi setidaknya komentar ini juga mewakili pendapat saya yang kurang tertarik membaca cerpen tersebut. Diksi yang kering, terlalu menggurui pembaca; dalam artian penulis tidak berusaha memberikan interpretasi berlebih pada pembaca, kita kan bukan orang bodoh yang harus 'dituntun' secara detail tentang jalan cerita.

Mari kita lihat komentar selanjutnya.
Duh editornya… Ini cerita orang umur 70 tahun cerita saat umur 27 tahun, masak saat itu ada gas meledak? Masak ada yang mati gara2 suporter bola?
Tidak logis memang, ini koment selanjutnya

aku setuju dengan semendo… ada yang tidak lazim si pada penempatan peristiwa dalam cerita yang itu…
Selanjutnya
aneh emang ni cerpen bs masuk.. tp kl sy seru s bacanya, beda dr cerpen yg lain. mungkin saking jenuhnya dgn cerpen2 yg lama.
kliatannya kompas suka cerpen2 yg isinya kritik sosial y..
Selanjutnya lagi
Sastra adalah suatu bentuk seni komunikasi verbal yang menggunakan objek sebuah dunia imajiner ciptaan pengarang sebagai alat untuk menyampaikan pesannya. Sebagai bentuk komunikasi di sini pengarang menyampaikan sebuah pesan tentang misteri kematian. Dalam penyampaian pesannya pengarang menggunakan tokoh “Aku” yang menuturkan riwayat hidupnya sehubungan dengan masalah kematian tersebut. Dalam cara penyampaian pesannya pengarang menjadikan cerpen ini seperti sebuah makalah yang ditulis menjadi beberapa bagian dengan menggunakan gaya cerita. Ada pembukaan, ada bagian isi dan ada penutup. Namun sayang dunia imajinernya tidak bisa terbentuk secara keseluruhan. Mungkin yang cukup bagus adalah bagian IV. Di situ ada percakapan antara tokoh Aku dengan keponakannya: ”Pak De, mau ke mana?”. ”Ikut?”
”Tidak. Kata ibu jangan terlalu lama. Juga jangan lupa minum obat.” Dengan membaca percakapan ini pembaca bisa melihat dalam dunia imajiner bahwa ibu dari si anak yang ternyata adik perempuannya itu masih sangat perhatian kepada kakaknya. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa pesan dalam cerpen ini mempunyai bobot karena mengandung nilai yang patut kita renungkan. Namun sebagai bentuk karya seni pengarang masih belum berhasil mengolah dunia imajiner untuk menyampaikan pesan tersebut. Kita sebagai pembaca hanya disuguhi gaya cerita pengarang yang datar.
itu hanya sebagian koment yang saya posting, banyak juga yang memuji cerpen tersebut. Pesan moral yg baik, Cerpen yang sangat realis, dibawakan dengan gaya lugas, ada yang membela dari komnt2 diatas, dll

Banyak hel memang yang menjadikan cerpen kita tembus media, tapi bukan berarti cerpen kita tak baik. Semoga bisa memotivasi,

0 komentar:

Post a Comment

komentar anda akan langsung muncul tanpa ada moderasi!! mohon untuk tidak menggunakan 'anonymous' ^^