Nad, ini aku—langit biru yang senantiasa berusaha meneduhkan tiap terik di hatimu. Ini aku, lelaki biasa yang tak penah letih membuatkanmu semangkok bubur seperti pagi-pagi dahulu, yang ditiap butirnya kusematkan doa agar harimu selalu baik-baik saja. Agar kau lekas sembuh.
Nad, bangunlah! Kita bisa berkeliling dengan scooter bututku. Aku janji kau takkan pernah berletih-letih dan menggerutu ketika vespa kita mogok. Aku janji. Dan sekarang bangunlah, atau setidaknya buka kelopak matamu agar bisa kulihat coklat matamu yang menenangkan.
Nadra, setiap kali kutatap engkau yang terbaring lemah, air mataku seperti tak pernah kering untuk terus membulir. Maka bangunlah sayang! Lihatlah si Alif yang telah bisa memanggil-manggil nama ‘Umi’ tak inginkah kau membelai rambut legam anak kita? Nadra istriku, berapa lama lagi kau biarkan semestaku bungkam?
“Nad?” kulihat kelingkingmu bergerak-terangkat dari kain putih rumah sakit.
“Sayang, ini aku,” ku lanjutkan kata dengan nadi yang lebih cepat berdenyut.
“Sayang bangunlah.” Sambil mengajak tanganmu merasakan rintik yang gugur hingga ke daguku.
“Ayah…?” Ada kelegaan ketika kau kau mengucap itu.
“Iya sayang, ini aku suamimu,” kutangkap senyum terindah.
“Dalam tidurku, selalu kuingat masa kita bersama.”
“Sudah sayang, jangan kau teruskan.”
“Tapi bagian saat kita menjadi pengantin yang paling Umi ingat,” kau ucapkan itu dengan nada yang sangat lemah.
“Aku janji akan menjadi suami yang baik, akan kubiarkan kau terlelap saat malam tiba, biarkan aku yang membuat sebotol susu buat anak kita.” Ada nada penyesalan didalam kalimat itu
Nad, seperti katamu--kita tetap akan menjadi pengantin semesta, yang tak pernah luntur rasa kasihnya yang tak pernah luruh bias cinta, sebesar apapun cobaan yang dihadapkan. Maka bangunlah sayang!
Nad, ini aku – langit biru yang tak pernah berhenti mencintaimu, meski kini Tuhan tak membiarkan kubuatkan semangkok bubur untukmu. Semoga disana, kau diberikan tempat terindah.
Nad, kini aku mengerti kata semesta yang selalu kau ucapkan sebelum hari-hari sakitmu. Aku mengerti rasa cintamu yang begitu luas, aku mengerti kesabaranmu yang seperti tak berbatas, dan kau membuatku mengerti bahwa mencintaimu adalah hal yang sangat berharga. Selamat jalan cinta, semoga bia kau tunggu aku disana, Nadra.
========================================================================
diikutsertakan dalam lomba flash fiction..
perpustakaan abatasa.... check this link untuk memberi komentar pada lomba tersebut!!
Nad, bangunlah! Kita bisa berkeliling dengan scooter bututku. Aku janji kau takkan pernah berletih-letih dan menggerutu ketika vespa kita mogok. Aku janji. Dan sekarang bangunlah, atau setidaknya buka kelopak matamu agar bisa kulihat coklat matamu yang menenangkan.
Nadra, setiap kali kutatap engkau yang terbaring lemah, air mataku seperti tak pernah kering untuk terus membulir. Maka bangunlah sayang! Lihatlah si Alif yang telah bisa memanggil-manggil nama ‘Umi’ tak inginkah kau membelai rambut legam anak kita? Nadra istriku, berapa lama lagi kau biarkan semestaku bungkam?
“Nad?” kulihat kelingkingmu bergerak-terangkat dari kain putih rumah sakit.
“Sayang, ini aku,” ku lanjutkan kata dengan nadi yang lebih cepat berdenyut.
“Sayang bangunlah.” Sambil mengajak tanganmu merasakan rintik yang gugur hingga ke daguku.
“Ayah…?” Ada kelegaan ketika kau kau mengucap itu.
“Iya sayang, ini aku suamimu,” kutangkap senyum terindah.
“Dalam tidurku, selalu kuingat masa kita bersama.”
“Sudah sayang, jangan kau teruskan.”
“Tapi bagian saat kita menjadi pengantin yang paling Umi ingat,” kau ucapkan itu dengan nada yang sangat lemah.
“Aku janji akan menjadi suami yang baik, akan kubiarkan kau terlelap saat malam tiba, biarkan aku yang membuat sebotol susu buat anak kita.” Ada nada penyesalan didalam kalimat itu
Nad, seperti katamu--kita tetap akan menjadi pengantin semesta, yang tak pernah luntur rasa kasihnya yang tak pernah luruh bias cinta, sebesar apapun cobaan yang dihadapkan. Maka bangunlah sayang!
Nad, ini aku – langit biru yang tak pernah berhenti mencintaimu, meski kini Tuhan tak membiarkan kubuatkan semangkok bubur untukmu. Semoga disana, kau diberikan tempat terindah.
Nad, kini aku mengerti kata semesta yang selalu kau ucapkan sebelum hari-hari sakitmu. Aku mengerti rasa cintamu yang begitu luas, aku mengerti kesabaranmu yang seperti tak berbatas, dan kau membuatku mengerti bahwa mencintaimu adalah hal yang sangat berharga. Selamat jalan cinta, semoga bia kau tunggu aku disana, Nadra.
========================================================================
diikutsertakan dalam lomba flash fiction..
perpustakaan abatasa.... check this link untuk memberi komentar pada lomba tersebut!!
0 komentar:
Post a Comment
komentar anda akan langsung muncul tanpa ada moderasi!! mohon untuk tidak menggunakan 'anonymous' ^^