kucoret halus garis langit memburu
pada gerhna yg melarang terang
pada palung yg memaksa renung
ku seka bola mata yang merebakkan embun
bukan demi tusukkan jari2 angin
atau kantuk yang menyergap dalam ayunan sayapsayap gelap
tapi demi terpercik nafas sengal
dari kilas senyum sepertimu
...hingga angin menjadi sekutuku yang kekal
dan awan buncit tak kuasa menahan remahremah rinai
lalu...
hurufku tertumpah perlahan
menggaris kisah tentang ayun langkah keanggunan
kau bertanya; dimana timur, kakanda?
tempat embun lahirkan mataharinya?
disana--kujuruskan arah,
dan telunjukku hanya tertuju: satu
pada tempat kau gambari pelangi
pada rinai yang dipercikan matamata letih
adinda,
kelak kau kan lihat gemuruh paragraf ombak
yang lantang kau dengar huruf kasmaran didalamnya
yang lepas kau rasa percik laut rindu atas-Nya
:tunai dari ketersisihan , selamanya!!