Sebagai rakyat Indonesia, saya merasa bahagia melihat perkembangan perfilman bangsa tercinta ini. Dan semakin hari, semoga film-film karya anak negri--akan menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Dan kebahagiaan saya seketika menjadi sebuah ketakutan. ketakutan akan terulangnya geliat film tanah air menuju era 90an.
Tak dapat dipungkiri bahwa setiap produser film selalu mengharapkan profit sebanyak mungkin. Dan menurut hipotesa saya, genre horor dan '17 tahun keatas' adalah menu favorit. Sehingga menjamurlah film-film kurang bermutu dan hanya untuk kepentingan meraup untung sebanyak mungkin.
Tak dapat dipungkiri bahwa setiap produser film selalu mengharapkan profit sebanyak mungkin. Dan menurut hipotesa saya, genre horor dan '17 tahun keatas' adalah menu favorit. Sehingga menjamurlah film-film kurang bermutu dan hanya untuk kepentingan meraup untung sebanyak mungkin.
Saya bersyukur karena bangsa ini masih memiliki sutradara-sutradara 'keras kepala' seperti Riri Reza, Garin Nugroho, Joko Anwar, Dedy Mizwar dll. Mereka adalah director-director yang punya kesadaran tinggi untuk mengimbuhkan pernyataan sikapnya dalam film (viva news). Tengok saja Laskar Pelangi, Rindu Kami Padamu, Sang Pemimpi, Alangkah Lucunya Negri Ini, Naga Bonar [jadi] 2, Kala, dll. Film-film tersebut sukses tanpa harus mengandalkan umbar aurat dan horor-horor sok seram. genre-genre Komedy yang tidak lucu sama sekali. Aku yakin, yang ditonton masyarakat bukan masalah komedi-komedinya, tapi paha-paha yang terbuka, dan pakaian super minim yang mereka tunggu-tunggu. Lantas apa ada yang salah? Produser yang terlalu sering memilih genre ini, atau masyarakat yang masih berpola fikir bahwa 'film-film' tersebut kualitasnya sudah sangat baik.
Sudah saatnya para insan perfilaman terutama produser dan sutradara untuk lebih memperhatikan kualitas film mereka. Jika tidak, Niscaya dunia perfilaman kita akan kembali ke era 90an, tempat di mana masa jayanya artis-artis jual tampang dan jual body. Semoga Film-film indonesia semakin baik hari ke harinya, aminnnn...